Logam transisi memiliki sifat-sifat khas logam, yakni keras,
konduktor panas dan listrik yang baik dan menguap pada suhu tinggi.
Walaupun digunakan luas dalam kehdupan sehari-hari, logam transisi yang
biasanya kita jumpai terutama adalah besi, nikel, tembaga, perak, emas,
platina, dan titanium. Namun, senyawa kompleks molekular, senyawa
organologam, dan senyawa padatan seperti oksida, sulfida, dan halida
logam transisi digunakan dalam berbagai riset kimia anorganik modern.
Unsur-unsur transisi adalah unsur logam yang memiliki kulit elektron d atau f
yang tidak penuh dalam keadaan netral atau kation. Unsur transisi
terdiri atas 56 dari 103 unsur. Logam-logam transisi diklasifikasikan
dalam blok d, yang terdiri dari unsur-unsur 3d dari Sc sampai Cu, 4d dari Y ke Ag, dan 5d dari Hf sampai Au, dan blok f,
yang terdiri dari unsur lantanoid dari La sampai Lu dan aktinoid dari
Ac sampai Lr. Kimia unsur blok d dan blok f sangat berbeda.
Bab ini mendeskripsikan sifat dan kimia logam transisi blok d.
Struktur kompleks logam
a. Atom pusat
Sifat logam transisi blok d sangat berbeda antara logam deret pertama (3d) dan deret kedua (4d), walaupun perbedaan deret kedua dan ketiga (5d)
tidak terlalu besar. Jari-jari logam dari skandium sampai tembaga (166
sampai 128 pm) lebih kecil daripada jari-jari itrium, Y, sampai perak,
Ag, (178 sampai 144 pm) atau jari-jari, lantanum, sampai emas (188
sampau 146 pm). Lebih lanjut, senyawa logam transisi deret pertama
jarang yang berkoordinasi 7, sementara logam transisi deret kedua dan
ketiga dapat berkoordiasi 7-9. Cerium, Ce, (dengan radius 182 pm) ~
lutetium, Lu, (dengan radius 175 pm) terletak antara La dan Hf dan
karena kontraksi lantanoid, jari-jari logam transisi deret kedua dan
ketiga menunjukkan sedikit variasi.
Logam transisi deret kedua dan
ketiga berbilangan oksida lebih tinggi lebih stabil dari pada keadaan
oksidasi tinggi logam transisi deret pertama. Contohnya meliputi
tungsten heksakhlorida, WCl6, osmium tetroksida, OsO4, dan platinum heksafluorida, PtF6.
Senyawa logam transisi deret pertama dalam bilangan oksidasi tinggi
adalah oksidator kuat dan oleh karena itu mudah direduksi. Di pihak
lain, sementara senyawa M(II) dan M(III) umum dijumpai pada logam
transisi deret pertama, bilangan oksidasi ini jarang dijumpai pada
unsur-unsur di deret kedua dan ketiga.
Misalnya, hanya dikenal
sedikit senyawa Mo(III) atau W(III) dibandingkan dengan senyawa Cr(III).
Ion akua (ion dengan ligan air) sangat umum dalam logam transisi deret
pertama tetapi ion yang sama untuk logam transisi deret kedua dan ketiga
jarang diamati.
Senyawa kluster logam karbonil logam transisi
deret pertama dengan ikatan M-M dalam bilangan oksidasi rendah dikenal,
tetapi senyawa kluster halida atau sulfida jarang. Umumnya, ikatan
logam-logam dibentuk dengan lebih mudah pada logam 4d dan 5d daripada di logam 3d.
Momen magnet senyawa logam transisi deret pertama dapat dijelaskan
dengan nilai spin saja (lihat bagian 6.2(d)) tetapi sukar untuk
menjelaskan momen magnet deret kedua dan ketiga kecuali bila
faktor-faktor lain seperti interaksi spin-orbital juga dipertimbangkan.
Jadi,
penting untuk mengenali dan memahami perbedaan signifikan dalam sifat
kimia yang ada antara logam transisi deret pertama dan deret
selanjutnya, bahkan untuk unsur-unsur dalam golongan yang sama. Sifat
logam transisi blok d tidak berbeda tidak hanya dalam posisi atas dan
bawah di tabel periodik tetapi juga di golongan kiri dan kanan. Golongan
3 sampai 5 sering dirujuk sebagai logam transisi awal
dan logam-logam ini biasanya oksofilik dan halofilik. Dengan tidak
hadirnya ligan jembatan, pembentukan ikatan logam-logam sukar untuk
unsur-unsur ini. Senyawa organologam logam-logam ini diketahui sangat
kuat mengaktifkan ikatan C-H dalam hidrokarbon. Logam transisi akhir
dalam golongan-golongan sebelah kanan sistem periodik biasanya lunak dan
memiliki keaktifan besar pada belerang atau selenium.
Logam transisi blok d yang memiliki orbital s, p, dan d dan yang memiliki n elektron di orbital d disebut dengan ion berkonfigurasi dn. Misalnya, Ti3+ adalah ion d1, dan Co3+ adalah ion d6.
Jumlah elektron yang menempati orbital yang terbelah oleh medan ligan
(lihat 6.2(a)) disebut dengan pangkat di simbol orbitalnya. Contohnya,
suatu ion dengan 3 elektron di t dan 2 elektron di e dinyatakan dengan t3e1.
b. Ligan
Senyawa
ion logam yang berkoordinasi dengan ligan disebut dengan senyawa
kompleks. Sebagian besar ligan adalah zat netral atau anionik tetapi
kation, seperti kation tropilium juga dikenal. Ligan netral, seperti
amonia, NH3, atau karbon monoksida, CO, dalam keadaan bebas pun
merupakan molekul yang stabil, semenatara ligan anionik, seperti Cl-
atau C5H5-, distabilkan hanya jika dikoordinasikan ke atom logam pusat.
Ligan representatif didaftarkan di Tabel 6.1 menurut unsur yang
mengikatnya. Ligan umum atau yang dengan rumus kimia rumit diungkapkan
dengan singkatannya.
Ligan dengan satu atom pengikat disebut ligan monodentat, dan yang memiliki lebih dari satu atom pengikat disebut ligan polidentat, yang juga disebut ligan khelat. Jumlah atom yang diikat pada atom pusat disebut dengan bilangan koordinasi.
sumber : http://www.chem-is-try.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar