Pages

Januari 02, 2013

Penentuan Kadar Asam Cuka dengan Metode titrasi asam basa



Titrasi merupakan penambahan pereaksi dari buret sekaligus mengukur volume larutan yang keluar dari buret. Titrasi asam basa merupakan cara penerapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan reaksi asam basa. Bila sebagai titran digunakan larutan baku asam maka titrasi tersebut dinamakan asidimetri, dan sebaliknya bila larutan basa yang digunakan sebagai titran maka titrasi ini dinamakn titrasi alkalimetri.
Larutan baku atau disebut juga larutan standar yang digunakan dalam titrasi harus bereaksi secara kuantitatif dengan cara zat yang akan dititrasi. Larutan standar sendiri terdiri dari dua macam yaitu larutan standar primer dan juga larutan standar sekunder.
Larutan standar primer merupakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya sehingga tidak perlu distandarisasi lagi. Contoh dari larutan standar primer yaitu HCl, NaCl, H2C2O4, AgNO3, K2Cr2O7, dan masih banyak lagi. Sedangkan larutan standar sekunder merupakan larutan yang belum diketahui konsentrasinya sehingga perlu untuk dilakukan standarisasi terhadapnya terlebih dahulu. Contoh larutan standar sekunder adalah NaOH, KOH, KMnO4, Na2S2O3, dan masih banyak lagi.
Perubahan pada titik ekivalen dalam titrasi netralisasi dapat ditandai dengan adanya perubahan warna, perubahan warna ini terjadi karena adanya indikator yang digunakan yang dalam titrasi. Indikator yang digunakan alam titrasi netralisasi haruslah sesuai dengan range pH pada titik ekivalen agar perubahan dapat jelas teramati.
Suatu reaksi kimia yang terjadi dalam titrasi netralisasi haruslah memenuhi beberapa syarat berikut :
- Reaksi harus berlangsung cepat sehingga titrasi dapat dilakukan dalam jangka waktu   yang tidak begitu lama.
- Reaksi haruslah sederhana dan diketahui dengan pasti sehingga diperoleh kesetaraan yang pasti dari reaktan.
- Reaksi harus berlangsung sempurna. Teori asam – basa sering disebut dengan asidimetri – alkalimetri. Titrasi yang melibatkan asam dan basa mempunyai pengaruh yang penting atas proses metabolism dalam sel hidup.
Teori Arrhenius (1884)
Walaupun zat – zat dengan sifat asam dan basa telah dikenal selama ratusan tahun, perlakuan kesetiaan asam – basa kuantitatif baru dapat dilakukan setelah 1887, sejak Arrhenius mempresentasikan teorinya  tentang penguraian elektrik. Dalam larutan berair, menurut Arrhenius asam akan terurai menjadi ion – ion hidrogen dana dan  anion, dan basa sendiri akan terurai menjadi ion – ion hidroksida dan kation.
            Asam dalam larutan air    à   Ion hidrogen ( H+ )
Teori Bronsted – Lowry (1923)
Tahun 1923, Johanes Bronsted dan Thomas Lowry mengemukakan bahwa reaksi asam dan basa dapat dipandang sebagai reaksi transfer proton, dan asam basa dapat didefinisikan dalam bentuk transfer proton.
Dalam pengertian Bronsted, asam merupakan segala zat yang menerima proton. Ion hidroksida, pastinya adalah suatu akseptor proton dan karena itu merupakan basa Bronsted, tetapi ion ini tidak unik, ion tersebut adalah salah satu dari banyak spesies yang dapat menunjukkan perilaku dasar.
            Asam = donor proton
                        Basa  = aseptor proton
(Sukarti, Tati. 2002. Hlmn : 29 – 30)
Kesetimbangan asam basa maerupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang – bidang lain yang sangat penting yang menggunakan kimia, seperti biologi, kedokteran, farmasi, dan pertanian. Titrasi yang melibatkan asam dan juga basa digunakan secara luas dalam pengendalian analitik banyak produk komersial, dan penguraian asam dan basa mempunyai pengaruh yang penting atas proses metabolisme dalam sel hidup. Kesetimbangan asam basa yang dibahas dalam hal ini, menawarkan mahasiswa yang tidak berpengalaman suatu kesempatan untuk memperluas pemahaman mereka mnengenai kesetimbanagan kimia dan memperoleh keyakinan dalam menerapkan emahaman ini pad berbagai macam masalah.
(Underwood, A.L. 2002. Hlmn :126)
Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa organik) yang dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya. Zat indikator dapat berupa asam atau basa yang larut, stabil, dan menunjukkan perubahan warna yang kuat. Indikator asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH.
Indikator untuk asam dan basa
Nama
Trayek pH
Warna asam
Warna basa
Kuning metil
2 – 3
Merah
Kuning
Dinitrofenol
2,4 - 4,0
Tak berwarna
Kuning
Jingga metil
3 – 4,5
Merah
Kuning
Merah metil
4,4 – 6,6
Merah
Kuning
Lakmus
6 -8
Merah
Biru
Fenophtalein
8 – 10
Tak berwarna
Merah
Timolftalein
10 -12
Kuning
Ungu
Trinitrobenzena
12 -13
Tak berwarna
jingga
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagian zat, yang bila dilarutkan dalam air, akan mengalami disosiasi dengan pembentukkan ion positif. Beberapa asam dan hasil disosiasinya adalah sebagai berikut :
            HCl      à                   H+             +            Cl-
      Asam klorida                                             Ion klorida
HNO3      à                H+        +          NO3-
       Asam  nitrat                                          Ion nitrat
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemeberi rasa asam dan aroma pada makanan. Asam cuka memiliki rumus kimia yaitu CH3COOH, asam asetat murni (asam asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Larutan CH3COOH dalam air merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi menurut reaksi:
CH3COOH         à               H+  +  CH3COO-
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilenaterftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton/tahun. 1,5 juta ton/tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati. Penentuan kadar cuka pada makanan dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi netralisasi dengan menggunakan indicator fenolftalein (PP). Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai  “titran” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai  “titer” dan biasanya diletakkan didalam “buret”.
Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan. Titrasi asam basa merupakan analisis kuantitatif untuk menentukan molaritas larutan asam atau basa. Zat yang akan ditentukan molaritasnya dititrasi oleh larutan yang molaritasnya diketahui (larutan baku atau larutan standar) dengan tepat dan disertai penambahan indikator. Fungsi indikator di sini untuk mengetahui titik akhir titrasi. Jika indikator yang digunakan tepat, maka indikator tersebut akan berubah warnanya pada titik akhir titrasi.Titrasi asam basa merupakan metode penentuan molaritas asam dengan zat penitrasi larutan basa atau penentuan molaritas larutan basa dengan zat penitrasi larutan asam. Titik akhir titrasi atau “titik ekuivalen” (pada saat indikator berubah warna) diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa.
Pemilihan indikator yang tepat merupakan syarat utama saat titrasi. Jika indikator yang digunakan berubah warna pada saat titik ekivalen, maka titik akhir titrasi akan sama dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna indikator terletak pada pH di mana zat penitrasi sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda dengan titik ekivalen. Indikator yang lebih dianjurkan yaitu fenolftalein (PP) karena memberikan perubahan warna yang lebih jelas yaitu warna merah muda dari yang tidak berwarna (trayek pH=8,2-10,0).
Pada saat titik ekivalen proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrasi, volume dan konsentrasi titer maka dapat menghitung kadar titrasi.
(Rizki.2012. Penentuan Asam Cuka)


1 komentar: