1. Uji Molisch
Uji molisch adalah uji kimia kualitatif
untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu
Hans Molisch, seorang alhi botani dari Australia. Uji ini didasari oleh
reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang
berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di
purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Sampel yang diuji dicampur
dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut dalam etanol. Setelah
pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat perlahan-lahan dituangkan melalui
dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya
membentuk lapisan.

H2SO4 pekat (dapat digantikan
asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk
menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent Molisch,
α-naphthol membentuk cincin yang berwarna ungu (Widodo, 2013).
2. Uji Fehling
Uji
Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang digunakan
dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa
tartarat).
Reaksi
yang terjadi dalam uji fehling adalah :
Pemanasan
dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya
dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat. Cu2O
(endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi
pembentukan asam karboksilat.
Fehling dibuat dengan
mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan
yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat
dianggap sebagai larutan CuO.Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion
Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Dengan
larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata,
sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa
0,1%, endapan yang terjadi berwarna
hijau kekuningan (Purwati, 2013).
B. Uji Protein dan Asam Amino
1. Uji Biuret
Uji
biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat yang
diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam amino
berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein.
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus
karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul
lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga disebut reaksi
kondensasi.

Gambar
di atas menunjukkan adanya dua molekul asam amino yang berikatan dengan ikatan
peptida dan membentuk molekul protein. Ikatan peptida tersebut yang akan
bereaksi dengan reagen biuret menghasilkan perubahan warna. Reaksi positif uji
biuret ditunjukkan dengan munculnya warna ungu atau merah muda akibat adanya
persenyawaan antara Cu++ dari reagen biuret dengan NH dari ikatan peptida dan O
dari air. Semakin panjang ikatan peptida (banyak asam amino yang berikatan)
akan memunculkan warna ungu, semakin pendek ikatan peptida (sedikit asam amino
yang berikatan) akan memunculkan warna merah muda (Anonim, 2013).
2. Uji Xantoprotein
Uji
Xantoprotein adalah uji untuk menentukan apakah suatu protein mengandung gugus
benzena (cincin fenil). 20 jenis asam amino esensial dalam organisme kehidupan
yang mengandung gugus benzena ada tiga yaitu fenilalanin, triptofan dan tirosin.
Maka uji xantoprotein ini hanya positif jika asam amino tirosin, triptofan dan
fenil alanin ditambahkan asam nitrat pekat terbentuk endapan putih dan berubah
menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana
basa akan terionisasi dan warnanya
berubah menjadi jingga. Reagent xantoproteat yaitu HNO3 pekat dan
larutan NaOH 10% (Lafita, 2013).
Reaksinya
sebagai berikut:

3. Uji Ninhidrin
Uji
Ninhidrin digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino dalam zat yang di uji.
Uji ninhidrin berlaku untuk semua asam amino. Ninhidrin
(2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk
mendeteksi gugus amina dalam molekul asam amino.
Asam
amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan satu atom C lebih
rendah dan melepaskan molekul NH3 dan CO2. Ninhidrin yang telah bereaksi akan
membentuk hidrindantin. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya kompleks
berwarna biru/keunguan yang disebabkan oleh molekul ninhidrin + hidrindantin
yang yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Gambar (Anonim, 2013).

Referensi
1. Widodo, Guntur. (2013). Uji Pada Karbohidrat. http://organiksmakma3c13.blogspot.com/
2. Purwanti, Tyara. (2013). Analisis Karbohidrat. http://organiksmakma3c31.blogspot.com/
3. Anonim. (2013). Uji Biuret. http://pendidikan-bio.blogspot.com/
4. Lafita, Diani. (2013). Uji Xantoprotein Pada Protein. http://chemistrydiani.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar