Januari 02, 2013
Analisa COD Air
7:23:00 AM
| Diposting oleh
Unknown
|
Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimia
adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan organik
akan dioksidasi oleh kalium bikromat (K2Cr2O7)
dalam keadaan asam menjadi gas kabondioksida (CO2) dan air (H2O)
serta sejumlah ion krom. Kalium bikromat digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent).
Jumlah
oksigen yang diperlukaan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik
sama dengan jumlah kalium bikromat yang terpakai pada reaksi oksidasi, maka
makin banyak oksigen yang dibutuhkan, berarti air lingkungan makin banyak
tercemar oleh bahan buangan organik.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah
oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik
yang ada dalam satu liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah kalium
bikromat (K2Cr2O7) atau kalium permanganate (KMnO4).
Misal,
COD = 150 mg/l berarti dalam 1 liter limbah cair terdapat senyawa organik
jumlahnya setara dengan 150 mg O2. Angka
Chemical
Oxygen Demand (COD) merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi
melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di
dalam air. Sebagian besar zat organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh kalium
bikromat (K2Cr2O7) dalam keadaan asam yang
mendidih optimum,
Perak sulfat (Ag2SO4) ditambahkan
sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi. Sedangkan merkuri sulfat
ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya ada di dalam
air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik habis
teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7
masih harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7
yang tersisa menentukan berapa besar oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7
tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat (FAS). Reaksi
yang berlangsung adalah sebagai berikut.
Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir
titrasi yaitu disaat warna hijau biru larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa
K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7
awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organik yang dioksidasi
oleh K2Cr2O7.
Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen
dalam satuan ppm yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan
bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan
untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri.
Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air
dicemari oleh zat oragnik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam
air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan
dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. Beberapa zat
organik maupun anorganik dapat bersifat racun misalnya sianida, tembaga, dan
sebagainya, sehingga harus dikurangi sampai batas yang diinginkan. Berkurangnya
oksigen selama biooksidasi ini sebenarnya selain digunakan untuk oksidasi bahan
organik, juga digunakan dalam proses sintesa sel serta oksidasi sel dari
mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini tidak dapat digunakan untuk
mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air,
tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan
untuk mengoksidasi bahan organic tersebut. Semakin banyak oksigen yang
dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.
Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui
dengan menginkubasikan contoh air pada suhu 20ºC selama lima hari. Untuk memecahkan
bahan-bahan organik tersebut secara sempurna pada suhu 20ºC sebenarnya
dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi untuk prasktisnya diambil waktu
lima hari sebagai standar. Inkubasi selama lima hari tersebut hanya dapat
mengukur kira-kira 68 persen dari total BOD (Sasongko, Setia B. 1990).
Dalam kegiatan pengukuran
kualitas limbah cair industri, terdapat beberapa parameter yang diperiksa oleh
laboratorium lingkungan. Dari beberapa parameter air limbah, BOD5 dan COD
merupakan dua parameter yang biasa diperiksa.
BOD5 ( Biochemical Oxygen Demand, 5 days ). Industri yang menggunakan bahan-bahan organik, baik
alami maupun sintetis, akan menghasilkan limbah cair yang mengandung senyawa
organik. Salah satu jenis senyawa tersebut adalah senyawa organik terurai ( biodegradable organics ) atau senyawa yang dapat dikonsumsi
oleh mikroba. Parameter BOD5 sebenarnya menunjukan jumlah oksigen (mg O2)
yang dikonsumsi mikroba aerobik saat menguraikan organik terurai dalam waktu 5
hari pada 1 liter limbah cair. Contoh : BOD5 = 100 mg/l berarti dalam 1 liter
limbah cair terdapat sejumlah organik terurai yang membutuhkan O2
sebanyak 100 mg agar mikroba aerobic dapat menguraikannya dalam 5 hari. Organik
terurai (biodegradable organics) : terdiri dari berbagai
senyawa organik yang dapat diuraikan oleh mikroba, seperti karbohidrat,
protein, sukrosa, glukosa dan lemak.
COD (Chemical
Oxygen Demand). Selain senyawa organik
terurai , limbah cair juga megandung senyawa organik yang tidak terurai (non biodegradable organics). Untuk memperkirakan
jumlah total ke-2 jenis senyawa organik tersebut, dapat digunakan parameter
COD. Parameter COD sebenarnya menunjukan jumlah oksigen (mg O2) yang
ada dalam senyawa oksidan yang dibutuhkan untuk menguraikan seluruh senyawa
organik yang terkandung dalam 1 liter limbah cair. Contohnya, COD = 150 mg/l
berarti dalam 1 liter limbah cair terdapat senyawa organik jumlahnya setara dengan
150 mg O2. Selisih antara nilai COD dan nilai BOD 5 dari suatu
limbah cair dianggap menunjukan jumlah senyawa organik tak terurai.
Jumlah organik tak terurai = COD – BOD5
Organik sulit terurai ( non biodegradable organics ) : Terdiri dari berbagai jenis
senyawa organik yang sangat sulit diuraikan oleh mikroba, seperti herbisida,
deterjen, sellulosa, minyak dan oli (Andi Wahyudin. 2011).
Biological Oxigen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen
biologis merupakan suatu analisis empiris yang mencoba mendekati secara global
mendekati proses-proses mikrobiologis dalam air. Pemeriksaan BOD didasarkan
pada reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air dan proses
tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Jadi nilai BOD tidak
menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara
relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan
tersebut. Jika konsumsi oksigen tertinggi yang ditunjukan dengan semakin
kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang
dibutuhkan oksigen tinggi.
Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen
untuk beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesa
sel, dan oksidasi sel. Komponen organik yang mengandung senyawa nitrogen dapat
pula di oksidasi menjadi nitrat, sedangkan komponen organik yang mengandung
sulfur dapat di oksidasi menjadi sulfat. Konsumsi oksigen dapat diketahui
dengan mengoksidasikan air pada suhu 200ºC selama 5 hari, dan nilai BOD yang
menunjukan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat diketahui dengan menghitung
selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi. Pengukuran
selama 5 hari dengan suhu 200ºC ini hanya menghitung sebanyak 68% bahan organik
yang teroksidasi, tetapi suhu dan waktu yang digunakan tersebut merupakan
standar uji karena untuk mengoksidasi bahan organik seluruhnya secara sempurna
diperlukan waktu yang lebih lama, yaitu mungkin sampai 20 hari sehingga
dianggap tidak efisien.
Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1
ppm, dan air yang memiliki nilai BOD 3 ppm masih di anggap cukup murni, tetapi
kemurnia air diragunakn jika nilai BOD-nya mencapai 5 ppm atau lebih. Bahan
buangan industri pengolahan pangan seperti industri pengalengan, industri susu,
industri gula dan sebagainya memiliki nilai BOD yang bervariasi, yaitu mulai
100 ppm sampai 10.000 ppm, oleh karena itu harus mengalami penanganan atau
pengeceran yang tinggi sekali pada saat pembuangan ke badan air disekitarnya
seperti, sungai ataupun ke laut, yaitu untuk mencegah terjadinya penurunan
konsentrasi oksigen terlarut dengan cepat di dalam badan air tempat pembungan
bahan-bahan tersebut. Masalah yang timbul adalah apabila konsentrasi oksigen
terlarut badan air tersebut sebelumnya sudah terlalu rendah.
Sebagai akibat menurunnya oksigen terlarut di dalam air
adalah menurunnya kehidupan hewan dan tanaman air. Hal ini disebabkan karena
mahluk-mahluk hidup tersebut banyak yang mati atau melakukan migrasi ke tempat
lainnya yang konsentrasi oksigennya masih cukup tinggi. Jika konsentrasi
oksigen terlarut sudah terlalu rendah, maka mikroorganisme aerobik tidak dapat
hidup dan berkembang biak, tetapi sebaliknya mikroorganisme yang bersifat
anaerobik akan menjadi aktif untuk memecah bahan-bahan tersebut secara
anaerobik karena tidak adanya oksigen.
Senyawa-senyawa hasil pemecahan secara anaerobik seperti
amin, H2S dan komponen fosfor mempunyai bau yang menyengat, misalnya
amin berbau anyir dan H2S berbau busuk. Oleh karena itu perubahan
badan air dari kondisi aerobik menjadi anaerobik tidak dikehendaki.
Cara Menentukan Nilai BOD, COD dan DO. Kebanyakan
bahan-bahan buangan yang memerlukan oksigen mengandung karbon sebagai unsur
yang terbanyak. Salah satu reaksi yang terjadi dengan pertolongan bakteri
adalah oksidasi karbon menjadi karbon dioksida sebagai berikut :
C + O2 CO2
Dalam reaksi ini diperlukan 32 gram oksigen untuk
mengoksidasi 12 gram karbon. Jadi karbon memerlukan oksigen sebanyak 3 kali
beratnya untuk melangsungkan reaksi tersebut, atau diperlukan 9 ppm oksigen
untuk bereaksi dengan kira-kira 3 ppm karbon terlarut.
Reaksi tersebut di atas disebut reaksi pembakaran
sempurna. Tetapi sebelum terbentuknya CO2 mungkin akan terbentuk
hasil-hasil oksidasi sementara seperti alkohol, asam, amina, ammonia dan
hidrogen sulfida. Senyawa-senyawa tersebut selain berbau busuk juga bersifat
racun terhadap hewan dan manusia.
Karena bahan-bahan buangan yang memerlukan oksigen dapat
menurunkan oksigen terlatur di dalam air dengan cepat, maka uji terhadap
bahan-bahan buangan tersebut penting dilakukan untuk mengetahui polusi air.
Untuk mengetahui adanya polutan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
uji BOD (biochemical oxygen demand) dan uji COD (chemical oxygen demand). Pada
prinsipnya kedua uji tersebut mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan tersebut melalui reaksi biokimia oleh organisme hidup
(dalam uji BOD) atau melalui reaksi kimia (dalam uji COD).
Pada uji BOD mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya
adalah : Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan
anorganik atau bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga “intermediate
axygen demand”. Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal 5 hari.
Uji BOD yang dilakukan selama 5 hari masih belum dapat menunjukan nilai total
BOD melainkan hanya kira-kira 68% dari total BOD. Uji BOD tergantung dari
adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut., misal adanya germisida
seperti khlorin dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan
untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji BOD menjadi kurang teliti
(Anto Susanto. 2010).
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
.:: Search
.:: Koleksi e-Book
- Physics for scientists and engineers (6ed , Thomson, 2004)
- Fundamentals of Physics
- Fundamentals of physics 9th edition by jearl walker david halliday
- Fundamentals Of Physics 8E (Halliday) Instructors Solution Manual
- Vogels quantitative chemical analysis 5th edition
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Modern analytic chemistry
- Vogels text book of macro and semimicro qualitative inorganic analysis 5th ed
- anorganik_1
- A text book of inorganic chemistry by k newton friend
- Ebook inorganic chemistry pearson miessler tarr 3rd edition
- Students general organic and natural product chemistry
- Wyatt organic synthesis strategy and control
- Writing reaction mechanisms in organic chemistry elsevier
- Vogels text book of practical organic chemsitry
- Vogel arthur a text book of practical organic chemistry
- The art of problem solving in organic chemistry
- Quickstudy organic chemistry reactions
- Quickstudy organic chemistry fundamentals
- Outline of organic chemistry
- Organic chemistry 4th ed paula bruice
- Organic chemistry 2000 oxford clayden
- Organic chemistry morrison boyd
- Organic chemistry by solomon and fhryle 10th ed
- Organic chemistry by john mcmurry
- Kimia organik i jilid 1
- Keynotes in organic chemistry
- Experiments in organic chemistry by fieser 2nd ed
- Dean handbook of organic chemistry 2nd edition
- Basic principles of organic chemistry by john d roberts
- organic chemistry
- guidebook to mechanism in organic chemistry
- atkins_physical_chemistry 8e solutions manual
- biokimia_lehninger
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Bio Kimia Lehninger
.:: Download
- Materi PIL PSBM_SUKUNAN
- Tugas ppt KO karbohidrat
- Makalah PE Glabol Warming
- Makalah PE Biodiesel
- Makalah PE Nuklir
- Makalah PE Bioetanol
- Makalah PE Sel Surya
- Makalah PE Biomassa
- Materi Kuliah KO keynotes
- Materi kuliah KO protein 2
- Materi kuliah KO amina dan amida
- Materi Kuliah KO lipid 3
- Materi KO lipid 2
- Materi Kuliah KO clayden
- Materi Kuliah KO lipid
- Materi Kuliah DKA titrasi kompleksometri
- Materi Kuliah DKA analisa DO
- Materi kuliah KO Karbohidrat
- Materi kuliah titrasi redoks
- Materi kuliah titrasi pengendapan
- Materi kuliah Struktur padatan
- Materi kuliah Amina dan Amida
- makalah PE sel surya
- makalah PE energi
- makalah PE panas bumi
- makalah PE migas
- makalah PE batu bara
- bilangan oksidasi nitrogen
- kekuatan asam dalam medium air
- efek ion bersamaan
- stoikiometri reaksi logam dengan garam
- fotokimia reduksi ion besi(III)
- pemurnian bahan melalui rekristalisasi
- pembuatan kalium nitrat
- efek ion bersamaan
- Laporan praktikum identifikasi gugus fungsi
.:: Followers
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar