Januari 02, 2013
Analisa oksigen terlarut ( DO )
7:20:00 AM
| Diposting oleh
Unknown
|
Oksigen merupakan gas yang
penting dalam perairan dan berperan dalam proses biologi seperti metabolism dan
dekomposisi. Sumber oksigen dapat berasal dari udara melalui proses turbulensi
dan hasil fotosintesis organism air (fitoplankton).
Perbedaan oksigen terlarut
dengan metode titrasi dikembangkan oleh winkler (1988) dan sampai saat ini
telah banyak mengalami modifikasi. Oksigen dalam air diikat dengan MnCl2
dalam media yang bersifat basa karena NaOH membentuk mangano sperti reaksi :
Mn2+ + 2OH- Mn(OH)2
2Mn(OH)2 + O2 2MnO(OH)2
MnO(OH)2 + 4H+
+ 2I- Mn2+ + I2 + 3H2O
I2 + 2S2O-3 S4O-6
+ 2I-
Oksigen terlarut (dissolved
oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu
parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur
dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar
nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus.
Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah
tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu
menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk
membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh
sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain
seperti kob dan kod.
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam
menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana.
Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen
organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga
diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam
proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin
giat dalam menguraikan kandungan dalam air.
(Anonim, http://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen_terlarut)
Oksigen dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara
bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,
gelombang dan pasang surut. ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam
air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan
semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih
tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya
proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar
oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar
oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan
organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi
tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan
dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada
saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan
oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang
kekurangan oksigen terlarut.
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2
ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik).
Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan
organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari
1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70
%. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk
kepentingan wisata bahari dan biota laut. Oksigen memegang peranan penting
sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam
proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen
juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau
anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi
bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada
akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan.
Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan
akan lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi
dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu
mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan
aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah
tangga. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan
pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan
tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme,
sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain
yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air
buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu
diperkaya kadar oksigennya.
Oksigen
terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :
1. Metoda titrasi dengan cara WINKLER
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak
digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan
menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu
ditambahkan larutan MnCl2 den Na0H – KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02.
Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali
dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan
standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum
(kanji).
2. Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda
elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat
DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari
katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter,
probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara
keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi
permeable terhadap oksigen.
Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari
aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding
lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut. Penentuan oksigen terlarut (DO)
dengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis apabila
dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam
titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan
tiosulfat dan pembuatan larutan standar kaliumbikromat yang tepat. Dengan
mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara
analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat.
Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter, harus diperhatikan
suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini
sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter.
Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital,
peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara
titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO
meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.
KEBUTUHAN OKSIGEN
BIOLOGI (BOD)
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai
banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan
organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan
organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya
diperoleh dari proses oksidasi. Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk
menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk
menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara.
Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang
menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama
organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan,
pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama
pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk
rnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air
buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran
tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama
pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air
terbatas dan hanya berkisar ± 9 ppm pads suhu 20°C. Penguraian bahan
organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-macam organisme dan
menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2) dan air
(H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana
organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik
menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil
dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat
dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD,
suhu harus diusahakan konstan pada 20°C yang merupakan suhu yang umum di alam.
Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi yang sempurna
sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas. Dalam
prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan anggapan
bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD5
hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 – 80%
dari nilai BOD total. Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat mengurangi
kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana
diketahui bahwa, ammonia sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi
nitrit dan nitrat, sehingga dapat mempengaruhi hasil penentuan BOD.
Oksidasi nitrogen anorganik ini
memerlukan oksigen terlarut, sehingga perlu diperhitungkan. Dalam praktek
untuk penentuan BOD yang berdasarkan pada pemeriksaan oksigen terlarut (DO),
biasanya dilakukan secara langsung atau dengan cara pengenceran.
(Zaifbio,http://zaifbio.wordpress.com/2012/04/16/oksigen-terlarut-do-analisis-oksigen-terlarut-do-dan-kebutuhan-oksigen-biologi-bod/)
Oksigen terlarut
( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa
dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan
dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Umtuk mengetahui
kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa
parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO
(dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik.jika kadar oksigen terlarut
yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi
anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase
saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,
proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut (SALMIN. 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara
tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas,
pergerakan massa air dan udara seperti arcs, gelombang dan pasang surut. ODUM
(1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan
semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada
lapisan permukaaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses
difusi antar air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan
bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena
proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak
digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik.
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD, semakin tinggi BOD
semakin rendah oksigen terlarut. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif
bervariasi tergantung pada lems, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen
untuk ikan dalam keadaan
diam relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak.
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan
tidak tercemar oleh senyawa beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan
tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada
tingkat kejenuhan sebesar 70 % (HUET, 1970). KLH menetapkan bahwa kandungan
oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (
ANONIMOUS,2004). Oksigen
memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan biologik yang dilakukan oleh
organisme aerobik dan anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah
untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah
nutrien yang ada pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam
kondisi anaerobik oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa – senyawa
kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses
oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk
membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara
perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan
rumah tangga.
Analisis
oksigen terlarut dapat ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :
a. Metoda titrasi dengan cara WINKLER
Prinsipnya dengan menggunakan
titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den Na0H - KI, sehingga akan terjadi
endapan Mn02. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203)
dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan :
MnCI2 +
NaOH ==> Mn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH)2 +
O2 ==> 2 MnO2 + 2 H20
MnO2 +
2 KI + 2 H2O ==> Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3 ==> Na2S4O6 + 2 NaI
b. Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia
adalah cara langsung untuk menentukan oksigen
terlarut dengan alat DO meter.
Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan
anoda yang direndam dalam larutan elektrolit. Pada
alat DO meter, probe ini biasanyamenggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi
dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e ==> 4 HO-
Anoda : Pb + 2 HO- ==> PbO + H20 + 2e
Metode Winkler
Prinsipnya dengan menggunakan
titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den Na0H - KI, sehingga akan terjadi
endapan Mn02. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203)
dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan :
MnCI2 +
NaOH ==> Mn(OH)2 + 2 NaCI
Mn(OH)2 +
O2 ==> 2 MnO2 + 2 H20
MnO2 +
2 KI + 2 H2O ==> Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
\I2 + 2 Na2S2O3 ==> Na2S4O6 + 2 NaI
Kelebihan dan Kelemahan Metode Winkler
Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut
(DO) adalah dimana dengan cara
titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis, teliti dan akurat apabila dibandingkan dengan cara alat
DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dala titrasi iodometri ialah penentuan
titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan penambahan indikator
amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara
analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat.
Sedangkan cara DO meter,
harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu
dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut
dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital,
peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara
titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika
sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.
Kelemahan Metode Winkler dalam
menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah dimana dengan cara WINKLER penambahan
indikator amylum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar
amilum tidak
membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar
bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan
sesegera mungkin, hal ini disebabkan karena I2 mudah menguap. Dan ada yang harus
diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan pada
titrasi iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh endapan.
Penanggulangan kelebihan/kekurangan kadar oksigen
terlarut
Cara
untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara :
1. Menaikkan suhu/temperatur air, dimana
jika temperatur naik maka kadar oksigen terlarut akan menurun.
2. Menambah kedalaman air, dimana semakin
dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen terlarut akan menurun karena
proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen digunakan untuk
pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik.
Cara
untuk menanggulangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara:
1.Menurunkan
suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka kadar oksigen terlarut
akan naik.
2.Mengurangi
kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar oksigen
terlarut akan naik karena proses fotosintesis semakin meningkat.
3.Mengurangi
bahan – bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat bahan organik
dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.
4. Diusahakan agar air tersebut mengalir.
(http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/2011/02/oksigen-terlarut-ot-dissolved-oxygen-do.html)
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
.:: Search
.:: Koleksi e-Book
- Physics for scientists and engineers (6ed , Thomson, 2004)
- Fundamentals of Physics
- Fundamentals of physics 9th edition by jearl walker david halliday
- Fundamentals Of Physics 8E (Halliday) Instructors Solution Manual
- Vogels quantitative chemical analysis 5th edition
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Modern analytic chemistry
- Vogels text book of macro and semimicro qualitative inorganic analysis 5th ed
- anorganik_1
- A text book of inorganic chemistry by k newton friend
- Ebook inorganic chemistry pearson miessler tarr 3rd edition
- Students general organic and natural product chemistry
- Wyatt organic synthesis strategy and control
- Writing reaction mechanisms in organic chemistry elsevier
- Vogels text book of practical organic chemsitry
- Vogel arthur a text book of practical organic chemistry
- The art of problem solving in organic chemistry
- Quickstudy organic chemistry reactions
- Quickstudy organic chemistry fundamentals
- Outline of organic chemistry
- Organic chemistry 4th ed paula bruice
- Organic chemistry 2000 oxford clayden
- Organic chemistry morrison boyd
- Organic chemistry by solomon and fhryle 10th ed
- Organic chemistry by john mcmurry
- Kimia organik i jilid 1
- Keynotes in organic chemistry
- Experiments in organic chemistry by fieser 2nd ed
- Dean handbook of organic chemistry 2nd edition
- Basic principles of organic chemistry by john d roberts
- organic chemistry
- guidebook to mechanism in organic chemistry
- atkins_physical_chemistry 8e solutions manual
- biokimia_lehninger
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Bio Kimia Lehninger
.:: Download
- Materi PIL PSBM_SUKUNAN
- Tugas ppt KO karbohidrat
- Makalah PE Glabol Warming
- Makalah PE Biodiesel
- Makalah PE Nuklir
- Makalah PE Bioetanol
- Makalah PE Sel Surya
- Makalah PE Biomassa
- Materi Kuliah KO keynotes
- Materi kuliah KO protein 2
- Materi kuliah KO amina dan amida
- Materi Kuliah KO lipid 3
- Materi KO lipid 2
- Materi Kuliah KO clayden
- Materi Kuliah KO lipid
- Materi Kuliah DKA titrasi kompleksometri
- Materi Kuliah DKA analisa DO
- Materi kuliah KO Karbohidrat
- Materi kuliah titrasi redoks
- Materi kuliah titrasi pengendapan
- Materi kuliah Struktur padatan
- Materi kuliah Amina dan Amida
- makalah PE sel surya
- makalah PE energi
- makalah PE panas bumi
- makalah PE migas
- makalah PE batu bara
- bilangan oksidasi nitrogen
- kekuatan asam dalam medium air
- efek ion bersamaan
- stoikiometri reaksi logam dengan garam
- fotokimia reduksi ion besi(III)
- pemurnian bahan melalui rekristalisasi
- pembuatan kalium nitrat
- efek ion bersamaan
- Laporan praktikum identifikasi gugus fungsi
.:: Followers
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar