Januari 02, 2013
Penentuan Kadar Kalsium dan magnesium Dengan Metode Titrasi Kompleksometri
6:55:00 AM
| Diposting oleh
Unknown
|
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi
berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang
sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat
saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak,
tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup
luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada
titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :
Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
Salah satu tipe
reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit
terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk
melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul
netral.
Titrasi kompleksometri juga dikenal
sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain
titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal
sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang
terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat
dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L M(H2O)(n-1)
L + H2O
Asam etilen diamin
tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis
asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat
berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus
karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua
atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina
tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom
oksigen penyumbang dalam molekul.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa
kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan
ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi
protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang
menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam
yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan
jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut.
Selektivitas kompleks dapat diatur
dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11
EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga
bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna
yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut
indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black
T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN,
zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue.
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna
sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion
logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu
reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua
ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua,
reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga,
kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak,
karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun,
kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA
untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari
kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima,
kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian
sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu,
terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik
ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA,
pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi,
12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya
oleh Ca2+ dengan indikator murexide.
(Annisa.http://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/04/kompleksometri/)
Banyak ion logam dapat ditentukan dengan
titrasi menggunakan suatu pereaksi (sebagai titran) yang dapat membentuk
kompleks dengan logam tersebut.Salah satu senyawa komplek yang biasa digunakan
sebagai penitrasi dan larutan standar adalah ethylene diamine tetra acetic acid
(EDTA).
EDTA merupakan asam lemah dengan empat proton. Bentuk asam dari EDTA
dituliskan sebagai H4Y dan reaksi netralisasinya adalah sebagai
berikut :
Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang digunakan yaitu
garam Na2EDTA (Na2H2Y), karena EDTA dalam
bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam air. EDTA dapat
mengomplekkan hampir semua ion logam dengan perbandingan mol 1 : 1 berapapun
bilangan oksidasi logam tersebut.
Kestabilan senyawa komplek dengan EDTA,
berbeda antara satu logam dengan logam yang lain. Reaksi pembentukan komplek
logam (M) dengan EDTA (Y) adalah :
M + Y → MY
Konstanta pembentukan/kestabilan senyawa komplek dinyatakan sebagai
berikut ini :
Besarnya harga konstante pembentukan komplek menyatakan tingkat
kestabilan suatu senyawa komplek. Makin besar harga konstanta pembentukan
senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin stabil dan sebaliknya
makin kecil harga konstante kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek
tersebut makin tidak (kurang) stabil.
Macam-macam titrasi yang sering digunakan dalam kompleksometri,
antara lain :
Titrasi langsung
Titrasi ini biasa digunakan untuk ion-ion
yang tidak mengendap pada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan
cepat. Contoh penentuannya ialah untuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.
Titrasi kembali
Titrasi ini digunakan untuk ion-ion logam
yang mengendap pada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan lambat.
Contoh penentuannya ialah untuk penentuan ion Ni.
Titrasi penggantian atau titrasi substitusi
Titrasi ini digunakan untuk ion-ion logam
yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam yang membentuk kompleks
EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam lainnya, contoh
penentuannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.
Titrasi tidak langsung
Titrasi ini dilakukan dengan cara, yaitu : titrasi
kelebihan kation pengendap (misalnya penetapan ion sulfat, dan fosfat), dan titrasi
kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks (misalnya penetapan ion sianida). Penentuan
titik akhir titrasi kompleksometri dilakukan dengan cara visual, sebagai
indikator digunakan jenis indikator logam seperti : EBT, Mureksida, Xylenol
Orange, Calcon, Dithizon, pan-Asam Sulfosalisilat. Indikator logam merupakan
suatu asam atau basa organik yang dapat membentuk kelat dengan ion logam dan
warna kelat tersebut berbeda dari warna indikator bebas.
(Adam wiryawan.(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kom
pleksometri/titrasi-kompleksometri/))
Titrasi kompleksometri adalah penetapan
kadar zat berdasarkan atas pembentukkan senyawa kompleks yang larut, yang berasal
dari reaksi antara ion logam/kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk
kompleks sebagai ligan (pentiter).
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
adalah tingkat kelarutan yang tinggi. Zat pengompleks (pereaksi) yang sering
digunakan adalah ligan bergigi banyak yaitu asam etilendiamintetraasetat
(EDTA). Salah satu penggunaan titrasi kompleksometri adalah digunakan untuk
penentuan kesadahan air dimana disebabkan oleh adanya ion Ca2+ dan
Mg2+. Titrasi ini dapat di ukur langsung dengan EDTA pada pH 10 yang
menggunakan indikator EBT, titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna
dari merah menjadi biru.Sebagai penitrasi/pengomplek logam, biasanya yang
digunakan yaitu garam Na2EDTA (Na2H2Y), karena
EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam air.
EDTA dapat mengomplekkan hampir semua ion
logam dengan perbandingan mol 1 : 1 berapapun bilangan oksidasi logam tersebut.
Kestabilan senyawa komplek dengan EDTA, berbeda antara satu logam dengan logam
yang lain. Karena selama titrasi terjadi reaksi pelepasan ion H +
maka larutan yang akan dititrasi perlu ditambah larutan bufer.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks
yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang
tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial
EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti
CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka
titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut.
(Hana Noveani.2012.(http://hananoveani.wordpress.com/2012/06/15/titrasi-komplek
sometri/))
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
.:: Search
.:: Koleksi e-Book
- Physics for scientists and engineers (6ed , Thomson, 2004)
- Fundamentals of Physics
- Fundamentals of physics 9th edition by jearl walker david halliday
- Fundamentals Of Physics 8E (Halliday) Instructors Solution Manual
- Vogels quantitative chemical analysis 5th edition
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Modern analytic chemistry
- Vogels text book of macro and semimicro qualitative inorganic analysis 5th ed
- anorganik_1
- A text book of inorganic chemistry by k newton friend
- Ebook inorganic chemistry pearson miessler tarr 3rd edition
- Students general organic and natural product chemistry
- Wyatt organic synthesis strategy and control
- Writing reaction mechanisms in organic chemistry elsevier
- Vogels text book of practical organic chemsitry
- Vogel arthur a text book of practical organic chemistry
- The art of problem solving in organic chemistry
- Quickstudy organic chemistry reactions
- Quickstudy organic chemistry fundamentals
- Outline of organic chemistry
- Organic chemistry 4th ed paula bruice
- Organic chemistry 2000 oxford clayden
- Organic chemistry morrison boyd
- Organic chemistry by solomon and fhryle 10th ed
- Organic chemistry by john mcmurry
- Kimia organik i jilid 1
- Keynotes in organic chemistry
- Experiments in organic chemistry by fieser 2nd ed
- Dean handbook of organic chemistry 2nd edition
- Basic principles of organic chemistry by john d roberts
- organic chemistry
- guidebook to mechanism in organic chemistry
- atkins_physical_chemistry 8e solutions manual
- biokimia_lehninger
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Bio Kimia Lehninger
.:: Download
- Materi PIL PSBM_SUKUNAN
- Tugas ppt KO karbohidrat
- Makalah PE Glabol Warming
- Makalah PE Biodiesel
- Makalah PE Nuklir
- Makalah PE Bioetanol
- Makalah PE Sel Surya
- Makalah PE Biomassa
- Materi Kuliah KO keynotes
- Materi kuliah KO protein 2
- Materi kuliah KO amina dan amida
- Materi Kuliah KO lipid 3
- Materi KO lipid 2
- Materi Kuliah KO clayden
- Materi Kuliah KO lipid
- Materi Kuliah DKA titrasi kompleksometri
- Materi Kuliah DKA analisa DO
- Materi kuliah KO Karbohidrat
- Materi kuliah titrasi redoks
- Materi kuliah titrasi pengendapan
- Materi kuliah Struktur padatan
- Materi kuliah Amina dan Amida
- makalah PE sel surya
- makalah PE energi
- makalah PE panas bumi
- makalah PE migas
- makalah PE batu bara
- bilangan oksidasi nitrogen
- kekuatan asam dalam medium air
- efek ion bersamaan
- stoikiometri reaksi logam dengan garam
- fotokimia reduksi ion besi(III)
- pemurnian bahan melalui rekristalisasi
- pembuatan kalium nitrat
- efek ion bersamaan
- Laporan praktikum identifikasi gugus fungsi
.:: Followers
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar