Desember 22, 2012
Pemurnian Bahan Melalui Rekristalisasi
7:22:00 AM
| Diposting oleh
Unknown
|
Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang panjang seperti distilasi.Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah dikenalkan, rekristalisasi adalah metoda yangpaling penting untuk pemurnian sebab kemudahannya (tidak perlu alat khusus) dan karenakeefektifannya. Ke depannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan. Metoda ini sederhana, material padayan ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas pelahan didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karenakonsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.
Rekristalisasi adalah
suatu metode yang digunakan untuk memurnikan padatan yang didasarkan pada
perbedaan daya larut antara zat yang dimurnikan dengan kotoran dalam suatu
pelarut tertentu. Pada dasarnya zat akan dimurnikan dilarutkan dalam suatu
pelarut kemudian dipanaskan dan diuapkan kembali. Bahkan pengotor yang tidak
dapat dilarutkan dapat dipisahkan dari larutan dengan cara penyaringan
sedangkan bahan pengotor yang mudah larut akan berada dalam larutan. Pemurnian
padatan dengan kristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan zat yang akan
dimurnikan dengan pelarut tertentu.
Bahan pengikat adalah
bahan yang membuat sesuatu menjadi terikat.Sedangkan impurities adalah zat-zat
yang keberadaannya tidak di kehendaki dalam zat murni. Air laut sebagai sumber
bahan baku pembuatan garam selain mengandung NaCl juga mengandung garam-garam
terlarut lainnya sebagai impurities (pengotor). Pengotor ini biasanya berasal
dari ion-ion Ca2+, SO42-, Fe3+, Mg2+, dan lain-lain.
Impurities dari unsur kalsium biasanya dalam bentuk gips. Kristal gips sangat
halus dan mengedap sangat lambat sehingga pada masa pembentukan kristal NaCl
gips ikut terkristal. Hal ini menjadi penyebab garam yang diperoleh dari
penguapan air laut dengan tenaga matahari kemurniannya lebih rendah
dibandingkan dengan penguapan buatan.
Pengaruh penambahan
natrium karbonat dan PAC dalam larutan garam telah diinvestigasi. Proses
pemurnian ini dilakukan dengan proses pengendapan impuritas yang terkandung
dalam larutan garam. Sedangkan analisanya dilakukan dengan metode titrasi.
Hasil menunjukkan bahwa dengan penambahan natrium karbonat 3 ml dapat diperoleh
kadar ion Ca2+ paling rendah.
Penambahan PAC tidak memberikan pengaruh yang cukup berarti dalam penghilangan
ion kalsium dalam larutan garam. Dalam proses analisa sebaiknya digunakan buret
dengan ketelitisn tinggi agar penentuan TAT lebih akurat sehingga diperoleh
kadar ion kalsium yang tersisa dalam larutan garam sesuai dengan kadar yang
sebenarnya.
Lithium dan natrium
dapat diperoleh dengan elektrolisis garam leburan atau eutetik bertitik leleh
rendah seperti CaCl2 + NaCl. Karena titik
lelehnya yang rendah dan mudah menguap, K, Rb, dan Cs tidak dapat dengan mudah
dibuat denmgan elektrolisis , namun diperoleh dengan mengolah lelehan klorida
dengan uap Na. Logam-logam dimurnikan dengan destilasi. Lithium, Na, K, dan Rb
adalah keperakan tapi Cs berwarna kuning keemasan. Karena hanya terdapat satu
elektron valensi tiap atom logam, energi ikatan dalam kemasan rapat kisi logam
relatif lemah. Oleh karenanya logam-logam tersebut lunak dengan titik leleh
yang rendah. Aliasi Na-K dengan 77,2% K mempunyai titik leleh -12,3.
Ion klorida akan selalu
menjadi sisa-sisa yang terbaik dalam golongannya, bagaimanapun dibentuk, dan
usaha untuk membuat suatu asam klorida dari suatu ester dengan NaCl dihukum.
Klorida adalah suatu yang baik sisa-sisa kelompok dari C=O dan suatu
nukleofilik tidak baik ke arah C=O. Eto– adalah suatu sisa-sisa tidak baik
menggolongkan dari C=O dan suatu yang baik nukleofilik ke arah C=O. SN2
reaksi adalah berbeda sebab tidak sudahkah suatu . Oleh karena itu semua energi
yang lebih rendah dari status transisi akan mempercepat kedua-duanya maju dan
reaksi punggung. Kita harus mempertimbangkan dua hasil ini: tingkat tarik dari
reaksi dan yang (mana) cara agar akan pergi.
(Anonim.http://alipart.blogspot.com/2011/02/pemurnian-bahan-melalui
rekristalisasi.html)
Peristiwa
rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan. Endapan merupakan zat
yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam larutannya. Endapan
terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Kelarutan suatu endapan merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya.
Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain yang terkandung
dalam larutan dan komposisi pelarutnya.
Dua
zat yang mempunyai struktur kristal yang sama disebut isomorfik (sama bentuk),
contohnya NaF dengan MgO, K2SO4 dengan K2SeO4,
dan Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat
isomorfik tidak selalu dapat mengkristal bersama secara homogen. Artinya satu
partikel tidak dapat menggantikan kedudukan partikel lain. Contohnya, Na+
tidak dapat menggantikan K+ dalam KCl, walaupun bentuk kristal NaCl
sama dengan KCl. Suatu zat yang mempunyai dua kristal atau lebih disebut
polimorfik (banyak bentuk), contohnya karbon dan belerang. Karbon mempunyai
struktur grafit dan intan, belerang dapat berstruktur rombohedarl dan monoklin.
Selama
pengendapan ukuran kristal yang terbentuk, tergantung terutama pada dua faktor
penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal.
Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, dan
terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan
inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat
lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin
besarlah laju pembentukan inti.
Garam
dapur atau natrium klorida atau NaCl. Zat padat berwarna putih yang dapat
diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan
netralisasi HCl dengan NaOH berair. NaCl nyaris tak dapat larut dalam alkohol ,
tetapi larut dalam air sambil menyedot panas, perubahan kelarutannya sangat
kecil dengan suhu. Garam normal, suatu garam yang tak mengandung hidrogen atau
gugus hidroksida yang dapat digusur. Larutan-larutan berair dari garam normal
tidak selalu netral terhadap indikator semisal lakmus. Garam rangkap; yang
terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau
lebih garam tertentu. Misalnya: FeSO4(NH4)2SO4.6H2O
dan K2SO4Al4(SO4)3.24H2O.
Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan
mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang
menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan.
(Annisa,Syabatini.http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/26/pemurnian-bahan-melalui-rekristalisasi/)
Untuk
merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang cocok dengan
senyawa tersebut. Setelah senyawa
tersebut dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan (direfluks)
sampai semua senyawanya larut sempurna.Apabila pada temperatur kamar, senyawa
tersebut telah larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan
pemanasan.Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak
larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu faktor penentu keberhasilan
proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut. Pelarut
yang digunakan dalam proses kristalisasi dan rekristalisasi sebaiknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut: Memiliki gradient temperatur yang besar dalam
sifat kelarutannya, titik didih pelarut harus dibawah titik lebur senyawa yang
akan dikristalkan,titik didih pelarut yang rendah sangat menguntungkan saat
pengeringan,bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap senyawa yang akan dikristalkan atau direkristalisasi.
Apabila zat atau senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi tidak dikenal secara pasti, maka kita setidaknya harus mengenal komponen penting dari senyawa tersebut. Jika senyawa tersebut adalah senyawa organik, maka yang kita ketahui sebaiknya adalah gugus fungsional senyawa tersebut. Dengan kata lain, kita minimal harus mengetahui polaritas senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi.
Apabila zat atau senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi tidak dikenal secara pasti, maka kita setidaknya harus mengenal komponen penting dari senyawa tersebut. Jika senyawa tersebut adalah senyawa organik, maka yang kita ketahui sebaiknya adalah gugus fungsional senyawa tersebut. Dengan kata lain, kita minimal harus mengetahui polaritas senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi.
(http://catetankuliah.blogspot.com/2010/11/kristalisasi-rekristalisasi.html)
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
.:: Search
.:: Koleksi e-Book
- Physics for scientists and engineers (6ed , Thomson, 2004)
- Fundamentals of Physics
- Fundamentals of physics 9th edition by jearl walker david halliday
- Fundamentals Of Physics 8E (Halliday) Instructors Solution Manual
- Vogels quantitative chemical analysis 5th edition
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Modern analytic chemistry
- Vogels text book of macro and semimicro qualitative inorganic analysis 5th ed
- anorganik_1
- A text book of inorganic chemistry by k newton friend
- Ebook inorganic chemistry pearson miessler tarr 3rd edition
- Students general organic and natural product chemistry
- Wyatt organic synthesis strategy and control
- Writing reaction mechanisms in organic chemistry elsevier
- Vogels text book of practical organic chemsitry
- Vogel arthur a text book of practical organic chemistry
- The art of problem solving in organic chemistry
- Quickstudy organic chemistry reactions
- Quickstudy organic chemistry fundamentals
- Outline of organic chemistry
- Organic chemistry 4th ed paula bruice
- Organic chemistry 2000 oxford clayden
- Organic chemistry morrison boyd
- Organic chemistry by solomon and fhryle 10th ed
- Organic chemistry by john mcmurry
- Kimia organik i jilid 1
- Keynotes in organic chemistry
- Experiments in organic chemistry by fieser 2nd ed
- Dean handbook of organic chemistry 2nd edition
- Basic principles of organic chemistry by john d roberts
- organic chemistry
- guidebook to mechanism in organic chemistry
- atkins_physical_chemistry 8e solutions manual
- biokimia_lehninger
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Bio Kimia Lehninger
.:: Download
- Materi PIL PSBM_SUKUNAN
- Tugas ppt KO karbohidrat
- Makalah PE Glabol Warming
- Makalah PE Biodiesel
- Makalah PE Nuklir
- Makalah PE Bioetanol
- Makalah PE Sel Surya
- Makalah PE Biomassa
- Materi Kuliah KO keynotes
- Materi kuliah KO protein 2
- Materi kuliah KO amina dan amida
- Materi Kuliah KO lipid 3
- Materi KO lipid 2
- Materi Kuliah KO clayden
- Materi Kuliah KO lipid
- Materi Kuliah DKA titrasi kompleksometri
- Materi Kuliah DKA analisa DO
- Materi kuliah KO Karbohidrat
- Materi kuliah titrasi redoks
- Materi kuliah titrasi pengendapan
- Materi kuliah Struktur padatan
- Materi kuliah Amina dan Amida
- makalah PE sel surya
- makalah PE energi
- makalah PE panas bumi
- makalah PE migas
- makalah PE batu bara
- bilangan oksidasi nitrogen
- kekuatan asam dalam medium air
- efek ion bersamaan
- stoikiometri reaksi logam dengan garam
- fotokimia reduksi ion besi(III)
- pemurnian bahan melalui rekristalisasi
- pembuatan kalium nitrat
- efek ion bersamaan
- Laporan praktikum identifikasi gugus fungsi
.:: Followers
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar