Februari 16, 2013
TITARSI KONDUTOMETRI
7:53:00 AM
| Diposting oleh
Unknown
|
konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan
konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk
mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum
dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama
pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding
dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan
menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap
temperatur hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion
tersebut. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik
untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk
elektrolit-elektrolit lemah
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh
dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan
suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu
larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian
jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur.
Bila
konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor 1000.
nilai d/a =S merupakan faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk
suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel metode konduktometri memiliki
aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual,
potensiometri ataupun amperometri.
(Tim Kimia Analisa : 2012 )
Konduktometri merupakan metode analisis kimia
berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu
larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar
listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah
bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G)
merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai
satuan ohm-1 . Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda,
maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaanelektroda
(A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda ,
G = l/R = k (A / l)
dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan
ohm -1 cm -1. Daya Hantar Ekivalen (Equivalen Conductance) . Kemampuan suatu
zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekivalen (^)
yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di
antara dua elektroda dengan jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan
berat ekuivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif.
Contoh berat ekivalen BaCl2 adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan (cm3)
yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut diberikan oleh,
V = 100 / C
dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000
menunjukkan 1 liter = 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali
luas (A) dan jarak kedua elektroda (1).
V= l A
Dengan l sama dengan 1 cm
V = A = 100 / C
Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh,
G = 1/R = 1000k/C
Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G)
bila 1 gram ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1
cm.^ = 1000k/C Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya
tertentu untuk setiap ion. Pengukuran Daya Hantar Listrik. Pengukuran daya
hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan
(rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan.
Hal-hal berikut harus selalu diingat-ingat ketika
melakukan titrasi :
1. Penyesuaian pH.
Untuk banyak titrasi EDTA, pH larutan sangatt menentukan sekali; seringkali
harus dicapai batas-batas dari 1 satuan pH dan sering batas-batas dari
0,5 satuan pH harus dicapai, agar suatu titrasi yang sukses dapat dilakukan.
Untuk mencapai batas-batas kontrol yang begitu sempit, perlu digunakan sebuah
pH-meter sewaktu menyesuaikan nilai pH larutan, dan bahkan untuk kasus di mana
batas pH adalah sedemikian sehingga kertas uji pH boleh digunakan untuk mengontrol
penyesuain pH, hanyalah kertas dari jenis dengan jangkau yang sempit boleh
digunakan.
2. Pemekatan ion logam yang akan
dititrasi.Kebanyakan titrasi berhasil dengan baik dengan 0,25 milimol
ion logam yang bersangkutan dalam volume 50-150 cm3 larutan. Jika
konsentrasi ion logam itu terlalu tinggi; maka titik akhir mungkin akan sangat
sulit untuk dibedakan, dan jika kita mengalami kesulitan dengan titik akhir,
maka sebaiknya mulailah lagi dengan satu porsi larutan uji yang lebih sedikit,
dan encerkan ini sampai 100-150 cm3 sebelum menambahkan medium
pembufer dan indikator, lalu diulangi titrasi
itu.
3. Banyaknya indicator. Penambahan
indicator yang terlalu banyak merupakan kesalahan yang harus kita hindarkan.
Dalam banyak kasus, warna yang ditimbulakan oleh indicator sanagt sekali
bertambah kuat selama jalannya titrasi, dan labih jauh, banayak indicator
memperlihatkan dikroisme, yaitu terjadi suatu perubahan warna peralihan pada
satu dua tetes sebelum tiik akhir yang sebenarnya.
4. Pencapaian titik-akhir.
Dalam banyak titrasi EDTA, perubahan warna disekitar titik akhir, mungkin
lambat. Dalam banyak hal-hal demikian, sebaiknya titran ditambahkan dengan
hati-hati sambil larutan terus menerus diaduk; dianjurkan untuk memakai
pengaduk magnetic. Sering, titik akhir yang lebih tajam dapat dicapai jika
larutan diapnaskan samapi sekitar kira-kira 40OC. Titrasi dengan
CDTA selalu lebih lambat dalam daerah titik akhir divbanding dengan titrasi
EDTA padanan.
5. Deteksi perubahan warna. Dengan
semua indicator ion logam yang digunakan pada titrasi kompleksometri, deteksi titik akhir dan titrasi bergantung
pada pengenalan suatu perubahan warna yang tertentu; bagi banyak pengamat, ini
dapat merupakan tugas yang sulit, dsan bagi yang menderita buta warna, bolehlah
dikata mustahil. Kesulitan-kesulitan ini dapat diatasi dengan menggantikan mata
dengan suatu fotosel yang jauh lebih peka, dan meniadakan unsurt manusiawi.
Untuk melakukan operasi yang dituntut, perlu tersedia sebuah kolorimeter atau
spektrofotometer dalam mana kompartemen kuvetnya adaalh cukup besar untuk
memuat bejana titrasi (labu Erlenmeyer atau piala berbentuk tinggi)
Spektrofotometer Unicam SP 500 merupakan contoh dari instrumen yang sesuai
untuk tujuan ini, dan sejumlah fototitrator tersedia secara komersial.
6. Metode lain untuk mendeeksi titik
akhir. Disamping deteksi secara visualdan secara spektrofotometri dari titik akhir dalam
titrasi EDTA denagn bantuan indicator ion logam, metode berikut ini juga
tersedia untuk deteksi titik akhir.
a.Titrasi potensiometer dengan memakai sebuah electrode merkurium
b.Titrasi potensiometer dengan memakai sebuah electrode ion
selektif yang berespons terhadap ion yang sedang dititrasi.
c.Titrasi potensiometri dengan memekai sebuah system electrode
platinum mengkilat kalomel jenuh, ini dapat dipakai bila reaksi melibatkan dua
keadaan oksidasi berlainan (dari) suatu logam tertentu
d.Dengan titarasi titrasi konduktometri
e.Dengan titrasi amperometri
f. Dengan titrasi entalpimetri
(Gina Anggraini : 2010 )
Aplikasi Titrasi KonduktoMetri
Dasar
Analisis Tablet Aspirin dengan Metode Titrasi Konduktometri
Menurut hukum Ohm I = E/Reaksi; di mana: I =
arus dalam ampere, E = tegangan dalam volt, Reaksi = tahanan
dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak
terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan
sehingga I = EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran
L suatu larutan berbanding lurus pada luas permukaan elektroda a,
konsentrasi ion persatuan volume larutan Ci, pada hantaran ekivalen
ionik S1, tetapi berbanding terbalik dengan jarak elektroda d,
sehingga:
L = a/d x S Ci S1
Tanda S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion
terhadap konduktansi bersifat aditif. Karena a, dan d dalam
satuan cm, maka konsentrasi C tentunya dalam ml. Bila konsentrasi dinyatakan
dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor 1000. nilai d/a = S merupakan
faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga
disebut tetapan sel. Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan
ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi
dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu
larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian
jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur. Pengaliran arus melalui larutan
suatu elektrolit dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan
di dekat sekali dengan lektrode-elektrode, begitulah potensial-potensial dapat
timbul pada elektrode-elektrode, dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan
serius dalam pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-efek
polarisasi demikian dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan.
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap
temperatur hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion
tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun
karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus.
Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu
sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik
selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya
efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan
derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit
lain pada kondisi-kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti
akan mempengaruhi konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada tidaknya
terjadi reaksi-reaksi ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada
penambahan satu garam sederhana kepada garam sederhana lain (misal, kalium
klorida kepada natrium nitrat), konduktans hanya akan naik semata-mata. Jika
terjadi reaksi ionik, konduktans dapat naik atau turn; begitulah pada
penambahan suatu basa kepada suatu asam kuat, hantaran turun disebabkan oleh
penggantian ion hidrogen yang konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang
konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip yang mendasari
titrasi-titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion-ion dengan suatu
konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain.
(Masykuri
: 2005)
Biasanya konduktometri merupakan
prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode
konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan
antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan
sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak
elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada
temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Hendaknya diperhatikan
pentingnya pengendalian temperatur dalam pengukuran-pengukuran konduktans.
Sementara penggunaan termostat tidaklah sangat penting dalam titrasi
konduktometri, kekonstanan dalam temperatur dituntut, tetapi biasanya kita
hanya perlu menaruh sel konduktivitas itu dalam bejana besar penuh air pada
temperatur laboratorium. Penambahan relatif (dari) konduktivitas larutan selama
reaksi dan pada penambahan reagensia dengan berlebih, sangat menentukan
ketepatan titrasi; pada kondisi optimum kira-kira 0,5 persen. Elektrolit asing
dalam jumlah besar, yang tak ambil bagian dalam reaksi, tak boleh ada, karena
zat-zat ini mempunyai efek yang besar sekali pada ketepatan. Akibatnya, metode konduktometri
memiliki aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual,
potensiometri ataupun amperometri.(Namika
Zewand : 2012 )
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
.:: Search
.:: Koleksi e-Book
- Physics for scientists and engineers (6ed , Thomson, 2004)
- Fundamentals of Physics
- Fundamentals of physics 9th edition by jearl walker david halliday
- Fundamentals Of Physics 8E (Halliday) Instructors Solution Manual
- Vogels quantitative chemical analysis 5th edition
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Modern analytic chemistry
- Vogels text book of macro and semimicro qualitative inorganic analysis 5th ed
- anorganik_1
- A text book of inorganic chemistry by k newton friend
- Ebook inorganic chemistry pearson miessler tarr 3rd edition
- Students general organic and natural product chemistry
- Wyatt organic synthesis strategy and control
- Writing reaction mechanisms in organic chemistry elsevier
- Vogels text book of practical organic chemsitry
- Vogel arthur a text book of practical organic chemistry
- The art of problem solving in organic chemistry
- Quickstudy organic chemistry reactions
- Quickstudy organic chemistry fundamentals
- Outline of organic chemistry
- Organic chemistry 4th ed paula bruice
- Organic chemistry 2000 oxford clayden
- Organic chemistry morrison boyd
- Organic chemistry by solomon and fhryle 10th ed
- Organic chemistry by john mcmurry
- Kimia organik i jilid 1
- Keynotes in organic chemistry
- Experiments in organic chemistry by fieser 2nd ed
- Dean handbook of organic chemistry 2nd edition
- Basic principles of organic chemistry by john d roberts
- organic chemistry
- guidebook to mechanism in organic chemistry
- atkins_physical_chemistry 8e solutions manual
- biokimia_lehninger
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Bio Kimia Lehninger
.:: Download
- Materi PIL PSBM_SUKUNAN
- Tugas ppt KO karbohidrat
- Makalah PE Glabol Warming
- Makalah PE Biodiesel
- Makalah PE Nuklir
- Makalah PE Bioetanol
- Makalah PE Sel Surya
- Makalah PE Biomassa
- Materi Kuliah KO keynotes
- Materi kuliah KO protein 2
- Materi kuliah KO amina dan amida
- Materi Kuliah KO lipid 3
- Materi KO lipid 2
- Materi Kuliah KO clayden
- Materi Kuliah KO lipid
- Materi Kuliah DKA titrasi kompleksometri
- Materi Kuliah DKA analisa DO
- Materi kuliah KO Karbohidrat
- Materi kuliah titrasi redoks
- Materi kuliah titrasi pengendapan
- Materi kuliah Struktur padatan
- Materi kuliah Amina dan Amida
- makalah PE sel surya
- makalah PE energi
- makalah PE panas bumi
- makalah PE migas
- makalah PE batu bara
- bilangan oksidasi nitrogen
- kekuatan asam dalam medium air
- efek ion bersamaan
- stoikiometri reaksi logam dengan garam
- fotokimia reduksi ion besi(III)
- pemurnian bahan melalui rekristalisasi
- pembuatan kalium nitrat
- efek ion bersamaan
- Laporan praktikum identifikasi gugus fungsi
.:: Followers
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar