April 02, 2013
Skala pH dan Penggunaan Indikator
2:35:00 PM
| Diposting oleh
Unknown
|
Konsep mengenai
asam dan basa didasarkan pada beberapa sifat yang ditunjukkan oleh sekelompok
senyawa dalam larutan air. Berdasarkan sifat-sifat yang ditunjukkan tersebut,
asam adalah senyawa yang mempunyai rasa asam dan memerahkan lakmus biru. Basa
adalah senyawa yang mempunyai rasa pahit dan membirukan lakmus merah. Dalam
larutan air, asam menghasilkan H+ dan basa menghasilkan OH-.
Ion H+ dari asam dan ion OH- dari basa akan bereaksi
membentuk H2O sehingga larutan bersifat netral.
Keasaman dan kebasaan suatu larutan
tergantung pada ion mana yang dominan dalam larutan, jika [OH-] = [H+]
maka larutan bersifat netral, contoh:
[H+]
= 10-3mol/L, dari persamaan untuk kesetimbangan air diperoleh :
Kw = [H+]
[OH-] = 1 x 10-14
10-3
x [OH-] = 1 x 10-14
jadi,
[OH-]
= 10-11mol/L
Skala pH
Berdasarkan
pengertian [H+] dan [OH-], kita dapat mengetahui skala
pH, pH adalah logaritma negative [H+] atau ditulis sebagai berikut :
pH = -log [H+] dan, pOH = -log [OH-]
Contoh:
Bila [H+]
= 10-3mol/L, maka pH = 3. Bila diketahui [OH-] = 10-2mol/L,
maka [H+] = 10-14/10-2 mol/L = 10-12mol/L,
maka pH = 12.
Untuk asama dan
basa lemah [H+] dan [OH-] adalah sebagai berikut :
[H+]
= [asam] x a, atau [OH-] = [basa] x b
Indikator
asam basa merupakan senyawa yang warnanya dalam larutan asam maupun basa
berbeda. Tidak semua indikator berubah waranya pada pH. Beberapa indikator
berubah warnanya berubah pada pH 7, yang lainnya pada pH 4,5 atau 6,8 dan
seterusna. Perubahan warna indikator tergantung pada [H+] dalam
larutan, maka indikator asam basa digunakan memperkirakan keasaman atau
kebasaan larutan.
Indikator
Asam Basa
Indikator asam basa merupakan
asam organik lemah dan basa organik lemah yang mempunyai dua warna dalam pH
larutan yang berbeda. Pada titrasi asam dengan basa, maka indikator yang
digunakan adalah asam kedua yang merupakan asam yang lebih lemah dan
konsentrasi indikator berada pada tingkat kecil. Pada titrasi asam dengan basa, indikator (asam lemah)
akan bereaksi dengan basa sebagai penitrasi setelah semua asam dititrasi
(bereaksi) dengan basa sebagai penitrasi. Beberapa
indikator asam basa mempunyai harga kisaran pH dan
perubahan warna dalam bentuk asam (HInd) dan basa (Ind-). Indikator yang dipilihuntuk titrasi asam basa, adalah
indikator yang mempunyai kisaran harga pH yang berada pada sekitar harga pH
titik ekivalen.
Asam
dan basa merupakan
dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.Untuk
menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang
pertama menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan
dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam
larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat
basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur
pH-nya pH merupakan
suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Lihat tabel
No.
|
Indikator
|
Interval
|
Perubahan
Warna
|
1.
|
Metil
ungu
|
0,2
- 3,0
|
Kuning
– ungu
|
2.
|
Timol
biru
|
1,2
- 2,8
|
Merah
– kuning
|
3.
|
Metil
jingga
|
3,1
- 4,4
|
Merah
- jingga - kuning
|
4.
|
Brom
fenol biru
|
3,0
- 4,6
|
Kuning
– biru - ungu
|
5.
|
Kongo
merah
|
3,0
- 5,0
|
Biru
– merah
|
6.
|
Brom
kesol hijau
|
3,8
- 5,4
|
Kuning
– biru
|
7.
|
Metil
merah
|
4,4
- 6,2
|
Merah
- kuning
|
8.
|
Bromeksol
merah hijau
|
5,2
- 6,8
|
Kuning
- merah jambu
|
9.
|
Lakmus
|
4,5
- 8,5
|
Merah
– biru
|
10.
|
Bromtimol
biru
|
6,0
- 7,6
|
Kuning
– biru
|
11.
|
Fenol
merah
|
6,8
- 8,2
|
Kuning
– merah
|
12.
|
Timol
biru
|
8,0
- 9,6
|
Kuning
– biru
|
13.
|
Fenolpftalain
|
8,3
- 10,0
|
Tak
berwana - merah
|
14.
|
Timolptalain
|
9,3
- 10,5
|
Kuning
– biru
|
15.
|
Alizarin
kuning
|
10
- 12
|
Kuning
– merah
|
16.
|
Indigokarmin
|
11,4
- 13,0
|
Biru
– kuning
|
17
|
Trinitro
benzene
|
12,0
- 14,0
|
Tak
berwana – jingga
|
Teori Asam - Basa
Asam
dan basa (alkali) sudah dikenal sejak zaman dahulu. Hal ini dapat dilihat dari
nama mereka. Istilah asam berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka.
Unsur pokok cuka adalah asam asetat H3CCOOH. Istilah alkali diambil
dari bahasa Arab untuk abu. Juga sudah diketahui paling tidak selama tiga abad
bahwa hasil reaksi antara asam dan basa (netralisasi) adalah garam. Teori asam basa banyak dikemukakan oleh beberapa ahli.
Teori-teori
yang mencoba menerangkan sifat-sifat asam basa merupakan suatu babak yang penting didalam sejarah ilmu
kimia.Lavoisier (1777) menyatakan bahwa semua asam selalu mengandung suatu
unsur dasar yaitu oksigen (nama oksigen diajukan oleh Lavoisier, diambil dari
bahasa Yunani yang berarti “pembentuk asam”). Davy(1810) menunjukkan bahwa asam
muriatat (asam hidroklorida) hanya mengandung hydrogen dan klor, tidak
mengandung oksigen dan dengan itu
menetapkan bahwa hidrogenlah dan bukan oksigen yang menjadi unsure dasar di
dalam asam.
Teori Arrhenius.
Dalam
teorinya tentang penguraian (disosiasi) elektrolit, Svante Arrhenius (1884)
mengajukan bahwa elektrolit yang dilarutkan di dalam air terurai menjadi
ion-ion; elektrolit yang kuat terurai sempurna; elektrolit yang lemah hanya
terurai sebagian. Suatu jenis zat yang jika terurai menghasilkan ion hydrogen
(H+) di sebut asam, misalnya HCl.
HCl(aq)
→ H+(aq) + Cl-(aq)
Basa jika
terurai menghasilkan ion hidroksida (OH-)
NaOH(aq)
→ Na+(aq) + OH-(aq)
Teori
Arrhenius juga berhasil menerangkan aktifitas katalis dari asam dalam
reaksi-reaksi tertentu. Asam yang merupakan katalis paling efektif adalah asam yang
mempunyai daya konduksi yang paling aik, yaitu asam kuat. Semakin kuat asam,
semakin tinggi konsentrasi H+ di dalam larutannya. Ion H+ merupakan katalis yang sesungguhnya didalam
sebagai basa kecuali yang menghasilkan OH-.
Teori Bronsted-Lowry.
Disamping
keberhasilan dan manfaatnya, teori Arrhenius mempunyai beberapa keterbatasan.
Salah satu diantaranya adalah teori ini tidak mengenal senyawa lain sebagai
basa kecuali yang menghasilkan OH-. Hal ini menjadi penyajian
ionisasi larutan amoni dengan pelarut air sebagai berikut :
NH4OH
(aq) → NH+(aq) + OH-(aq)
Tetapi zat NH4OH
(ammonium hidroksida) tidak pernah ada, zat tersebut tidak dapat diisolasi
dalam bentuk murni seperti natrium hidroksida (NaOH).
Selain itu,
sejak zaman Arrhenius reaksi-reaksi sudah dilakukan dalam pelarut buka air
seperti ammonia cair. Beberapa dari reaksi-reaksi tersebut kelihatannya
mempunyai sifat-sifat reaksi asam basa. Ternyata OH- tidak ada
karena tidak ada atom oksigen dalam susunan tersebut. Misalnya ammonium
khlorida dan natrium amida bereaksi didalam ammonia cair, sebagai berikut :
Reaksi lengkap : NH4Cl + NaNH2
→ NaCl + 2 NH3 (17.7)
Reaksi ion : NH4+
+ Cl- + Na+ + NH2-→
Na+ + Cl- + 2NH3
(17.8)
Reaksi
ion bersih : NH4+ + NH2- → 2 NH3 (17.9)
Reaksi
(17.9) dapat dianggap suatu reaksi asam-basa dengan NH4+
analog dengan H+ dan NH2- dengan OH-.
Reaksi tersebut dapat dijelaskan melalui teori yang diajukan secara terpisah
oleh J.N. Bronsted di Denmark dan T.M Lowry di inggris tahun 1923. Menurut
teori Bronsted-Lowry, suatu asam adalah donor proton suatu basa adalah akseptor
(penerima) proton.(Petrucci, Ralph H.1986.Kimia Dasar Jilid 2.Halaman 260-262)
pH
pH adalah derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
suatu larutan.
Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen
(H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional. Konsep pH
pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder
Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti
makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan
mengisyaratkan bahwa p berasal
dari singkatan untuk power (pangkat), yang
lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk
pada kata potential. Jens Norby
mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p
adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma
negatif".
Air murni bersifat netral,
dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH
kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan
pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau
industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa
(keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan
teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah. pH didefinisikan
sebagai minus logaritma
dari aktivitas ion hidrogen dalam larutan berpelarut air.[5] pH merupakan
kuantitas tak berdimensi.
dengan aH
adalah aktivitas ion hidrogen.
Alasan penggunaan definisi ini adalah bahwa aH dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektrode
ion selektif yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen ion. pH umumnya
diukur menggunakan elektrode gelas yang
mengukur perbedaan potensial E
antara elektrode yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektrode
referensi. Perbedaan potensial pada elektrode gelas ini idealnya mengikuti
persamaan Nernst:
dengan E
adalah potensial terukur, E0
potensial elektrode standar, R tetapan gas, T temperatur dalam kelvin, F tetapan Faraday, dan n adalah jumlah elektron yang
ditransfer. Potensial elektrode E
berbanding lurus dengan logartima aktivitas ion hidrogen. Definisi ini
pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen merupakan hasil kali
dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas.
Koefisien aktivitas ion hidrogen tunggal tidak dapat dihitung secara
eksperimen. Untuk mengatasinya, elektrode dikalibrasi
dengan larutan yang aktivitasnya diketahui.Definisi operasional pH
secara resmi didefinisikan oleh Standar Internasional ISO 31-8 sebagai berikut: Untuk suatu
larutan X, pertama-tama ukur gaya elektromotif EX sel galvani elektrode referensi | konsentrasi
larutan KCl || larutan X | H2 | Pt dan kemudian ukur gaya
elektromotif ES sel
galvani yang berbeda hanya pada penggantian larutan X yang pHnya tidak
diketahui dengan larutan S yang pH-nya (standar) diketahui pH(S). pH larutan X
oleh karenanya
Perbedaan antara pH larutan X dengan pH
larutan standar bergantung hanya pada perbedaan dua potensial yang terukur.
Sehingga, pH didapatkan dari pengukuran potensial dengan elektrode yang
dikalibrasikan terhadap satu atau lebih pH standar. Suatu pH meter diatur
sedemikiannya pembacaan meteran untuk suatu larutan standar adalah sama dengan
nilai pH(S). Nilai pH(S) untuk berbagai larutan standar S diberikan oleh
rekomendasi IUPAC.
Larutan standar yang digunakan sering kali merupakan larutan penyangga standar.
Dalam prakteknya, adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan
penyangga standar untuk mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum Nerst
ideal pada elektrode sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul pada
persamaan di atas, pH suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya.
Pengukuran nilai pH yang sangat rendah,
misalnya pada air tambang yang sangat asam, memerlukan prosedure khusus.
Kalibrasi elektrode pada kasus ini dapat digunakan menggunakan larutan standar
asam sulfat pekat yang nilai pH-nya dihitung menggunakan parameter Pitzer untuk
menghitung koefisien aktivitas.
PH merupakan
salah satu contoh fungsi keasaman.
Konsentrasi ion hidrogen dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun
perhitungannya akan menggunakan fungsi keasaman yang berbeda. pH superasam
biasanya dihitung menggunakan fungsi keasaman Hammett, H0. Umumnya indikator asam-basa sederhana yang digunakan
adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan
biru bila keasamannya rendah.Selain
menggunakan kertas
lakmus,
indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan
prinsip elektrolit
/ konduktivitas
suatu larutan.
Menurut definisi asli Sørensen, p[H]
didefinisikan sebagai minus logaritma konsentrasi ion hidrogen. Definisi ini
telah lama ditinggalkan dan diganti dengan definisi pH. Adalah mungkin untuk
mengukur konsentrasi ion hidrogen secara langsung apabila elektrode yang
digunakan dikalibrasi sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen. Salah satu
caranya adalah dengan mentitrasi larutan asam kuat yang konsentrasinya
diketahui dengan larutan alkali kuat yang konsentrasinya juga diketahui pada
keberadaan konsentrasi elektrolit latar yang relatif tinggi. Oleh karena
konsentrasi asam dan alkali diketahui, adalah mudah untuk menghitung ion
hidrogen sehingga potensial yang terukur dapat dikorelasikan dengan kosentrasi
ion. Kalibrasi ini biasanya dilakukan menggunakan plot Gran. Kalibrasi ini akan
menghasilkan nilai potensial elektrode standar, E0, dan faktor gradien, f, sehingga persamaan Nerstnya berbentuk
Persamaan ini dapat digunakan untuk
menurunkan konsentrasi ion hidrogen dari pengukuran eksperimental E. Faktor gradien biasanya lebih
kecil sedikit dari satu. Untuk faktor gradien kurang dari 0,95, ini
mengindikasikan bahwa elektrode tidak berfungsi dengan baik. Keberadaan
elektrolit latar menjamin bahwa koefisien aktivitas ion hidrogen secara efektif
konstan selama titrasi. Oleh karena ia konstan, maka nilainya dapat ditentukan
sebagai satu dengan menentukan keadaan standarnya sebagai larutan yang
mengandung elektrolit latar. Dengan menggunakan prosedur ini, aktivitas ion
akan sama dengan nilai konsentrasi. Perbedaan
antara p[H] dengan pH biasanya cukup kecil. Dinyatakan bahwa pH = p[H] + 0,04. Pada prakteknya terminologi
p[H] dan pH sering dicampuradukkan dan menyebabkan kerancuan.
pOH pOH kadang-kadang digunakan sebagai
satuan ukuran konsentrasi ion hidroksida OH−. pOH tidaklah diukur
secara independen, namun diturunkan dari pH. Konsentrasi ion hidroksida dalam
air berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen berdasarkan persamaan
[OH−]
= KW /[H+]
dengan KW adalah tetapan swaionisasi air. Dengan
menerapkan kologaritma:
pOH = pKW − pH.
Sehingga, pada suhu kamar pOH ≈ 14 − pH. Namun hubungan
ini tidaklah selalu berlaku pada keadaan khusus lainnya. (Anonim.pH.http://id.wikipedia.org/wiki/PH)
Pengukuran
pH
Salah satu pengukuran yang sangat penting dalam
berbagai cairan proses (industri, farmasi, manufaktur, produksi makanan dan
sebagainya) adalah pH, yaitu pengukuran ion hidrogen dalam suatu larutan.
Larutan dengan harga pH rendah dinamakan ”asam” sedangkan yang harga pH-nya
tinggi dinamakan ”basa”. Skala pH terentang dari 0 (asam kuat) sampai 14 (basa
kuat) dengan 7 adalah harga tengah mewakili air murni (netral). pH larutan
dapat diukur dengan beberapa cara. Secara kualitatif pH dapat diperkirakan
dengan kertas Lakmus (Litmus) atau suatu indikator (kertas indikator pH).
Seraca kuantitatif pengukuran pH dapat digunakan elektroda
potensiometrik.Elektroda ini memonitor perubahan voltase yang disebabkan oleh
perubahan aktifitas ion hidrogen (H+) dalam larutan.
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
.:: Search
.:: Koleksi e-Book
- Physics for scientists and engineers (6ed , Thomson, 2004)
- Fundamentals of Physics
- Fundamentals of physics 9th edition by jearl walker david halliday
- Fundamentals Of Physics 8E (Halliday) Instructors Solution Manual
- Vogels quantitative chemical analysis 5th edition
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Modern analytic chemistry
- Vogels text book of macro and semimicro qualitative inorganic analysis 5th ed
- anorganik_1
- A text book of inorganic chemistry by k newton friend
- Ebook inorganic chemistry pearson miessler tarr 3rd edition
- Students general organic and natural product chemistry
- Wyatt organic synthesis strategy and control
- Writing reaction mechanisms in organic chemistry elsevier
- Vogels text book of practical organic chemsitry
- Vogel arthur a text book of practical organic chemistry
- The art of problem solving in organic chemistry
- Quickstudy organic chemistry reactions
- Quickstudy organic chemistry fundamentals
- Outline of organic chemistry
- Organic chemistry 4th ed paula bruice
- Organic chemistry 2000 oxford clayden
- Organic chemistry morrison boyd
- Organic chemistry by solomon and fhryle 10th ed
- Organic chemistry by john mcmurry
- Kimia organik i jilid 1
- Keynotes in organic chemistry
- Experiments in organic chemistry by fieser 2nd ed
- Dean handbook of organic chemistry 2nd edition
- Basic principles of organic chemistry by john d roberts
- organic chemistry
- guidebook to mechanism in organic chemistry
- atkins_physical_chemistry 8e solutions manual
- biokimia_lehninger
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Bio Kimia Lehninger
.:: Download
- Materi PIL PSBM_SUKUNAN
- Tugas ppt KO karbohidrat
- Makalah PE Glabol Warming
- Makalah PE Biodiesel
- Makalah PE Nuklir
- Makalah PE Bioetanol
- Makalah PE Sel Surya
- Makalah PE Biomassa
- Materi Kuliah KO keynotes
- Materi kuliah KO protein 2
- Materi kuliah KO amina dan amida
- Materi Kuliah KO lipid 3
- Materi KO lipid 2
- Materi Kuliah KO clayden
- Materi Kuliah KO lipid
- Materi Kuliah DKA titrasi kompleksometri
- Materi Kuliah DKA analisa DO
- Materi kuliah KO Karbohidrat
- Materi kuliah titrasi redoks
- Materi kuliah titrasi pengendapan
- Materi kuliah Struktur padatan
- Materi kuliah Amina dan Amida
- makalah PE sel surya
- makalah PE energi
- makalah PE panas bumi
- makalah PE migas
- makalah PE batu bara
- bilangan oksidasi nitrogen
- kekuatan asam dalam medium air
- efek ion bersamaan
- stoikiometri reaksi logam dengan garam
- fotokimia reduksi ion besi(III)
- pemurnian bahan melalui rekristalisasi
- pembuatan kalium nitrat
- efek ion bersamaan
- Laporan praktikum identifikasi gugus fungsi
.:: Followers
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar