Januari 02, 2013
Menentukan kadar FeSO4 dalam air berdasarkan Reaksi oksidasi reduksi
7:10:00 AM
| Diposting oleh
Unknown
|
Salah satu cara
pemeriksaan kimia disebut titrimetri, yakni pemeriksaan jumlah zat yang
didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk
pereaksi secara stokiometri dengan zat yang ditentukan dapat dibagi menjadi
empat jenis, yaitu reaksi asam basa, reaksi pengendapan, reaksi pembentukan
kompleks atau komplesometri, dan terakhir reaksi redoks.
Reaksi oksidasi reduksi dan asam basa memiliki nasib yang
sama, dalam hal keduanya digunakan dalam banyak praktek kimia sebelum reaksi
ini dipahami.
Konsep penting secara perlahan dikembangkan: misalnya, bilangan
oksidasi, oksidan (bahan pengoksidasi), reduktan (bahan pereduksi), dan gaya
gerak listrik, persamaan Nernst, hukum Faraday tentang induksi elektromegnet
dan elektrolisis. Perkembangan sel elektrik juga sangat penting. Penyusunan
komponen reaksi oksidasi-reduksi merupakan praktek yang penting dan memuaskan
secara intelektual. Sel dan elektrolisis adalah dua contoh penting, keduanya
sangat erat dengan kehidupan sehari-hari dan dalam industri kimia.
Metode permanganometri
didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung
dalam suasana asam, netral dan alkalis.Kalium permanganat dapat bertindak
sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasan asam karena
karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa
senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya
hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat . merupakan titrasi
yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganate KMnO4. Reaksi ini difokuskan pada
reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Kebanyakan titrasi dilakukan
dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+,
asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya.
(Adriansyah.2009.)
Permanganometri merupakan
metode titrasi menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat
sebagi titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau
redoks.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan
banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi
membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah
katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi
permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan
ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen
unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2.
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir
pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan
sejumlah MnO2. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam
pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi
larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2. yang semula ada dalam
permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak
dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini
biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan
substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang
disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian
distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya
tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
(Al-hadi.2010)
Penentuan besi dalam
biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi
permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan
timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi
dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II).
Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II)
klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat
mengingat tidak ada ion klorida yang masuk .
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4
dengan
bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus
tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan
sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara
tidak langsung dengan permanganometri seperti: ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan
Hg yang dapat diendapkan sebagai
oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4
berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat
inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion
logam yang bersangkutan. ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam
khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula
larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe+ dioksidasi oleh
khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya
dengan KMnO4.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara
lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan
dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4
pada
buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2. sehingga pada
titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang
seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan
seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4
yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4 dengan Mn2+. Penambahan
KMnO4 yang terlalu lambat
pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4yang telah ditambahkan H2SO4
dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi air. Hal ini dapat menyebabkan
pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada
akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
Bilangan oksidasi (atau tingkat
oksidasi) ialah
berapa electron (muatan) dianggap ada/dipunyai oleh atom tersebut, seakan-akan
dalam ikatan kimia, electron sepenuhnya pindah dari atom satu ke atom yang
lain, tetapi sedemikian rupa, sehingga molekul secara keseluruhan tak
bermuatan. Valensi dan bilangan oksidasi (BO) merupakan pengertian tidak sama.
Valensi dalam perkembangan histories Ilmu Kimia diartikan sebagai “daya ikat”
atau berapa banyak atom H diikat oleh satu atom unsure yang bersangkutan (atau,
sebagai ganti atom H, berapa atom univalent lain atau 2x jumlah atom O).
Maka valensi dalam arti sempitnya itu merupakan bilangan
bulat dan harus positif dan punya akar dalam kenyataan, walaupun tidak
mencerminkan teori. Valensi penting dalam pengertian rumus bagun. Sebaliknya
bilangan oksidasi dapat positif maupun negative; umumnya nilainya sama dengan
nilai valensi tetapi ada kalanya berbeda, malahan tidak selalu bulat, dapat
juga pecahan. Perbedaan ini terjadi karena BO merupakan hasil perhitungan dan
sebenarnya tidak punya dasar riil. Perbedaan nilai ini dengan valensi terjadi
antara lain kalau dalam molekul terdapat ikatan antara atom-atom unsure sejenis
(misalnya dalam ikatan organik). BO sangat membantu untuk mengerti reksi
oksidasi-reduksi (redoks) dan perhitungan yang bersangkutan dengan redoks,
misalnya dalam penentuan koefesien reaksi.Oksidasi ialah reksi yang menaikkan
BO suatu unsure dalam zat yang mengalami oksidasi, dapat juga dilihat sebagai
kenaikan muatan positif (penurunan muatan negatif) dan umumnya juga kenaikan
valensi. Sebaliknya ialah reduksi, yaitu reaksi yang menurunkan BO atau muatan
positif (menaikkan muatan negatif) dan umumnya menurunkan valensi unsure dalam
zat yang direduksi . Jadi sekalipun kita mereduksi atau mengoksidasi suatu
persenyawaan, sebenarnya yang dioksidasi atau reduksi itu ialah unsure tertentu
yang terdapat di dalam pesenyawaan tersebut.Dalam reaksi ini, MnO2
ialah oksidator dan HCl, sedangkan HCl mereduksi atau dioksidasi oleh MnO2.
(Nurirjawati.2010)
Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang
menjelaskan berubahnya bilangan
oksidasi (keadaan oksidasi)
atom-atom dalam sebuah reaksi
kimia.Hal ini dapat
berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon
dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang
kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer
elektron yang rumit.
Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi.
Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut, Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron
oleh sebuah molekul,
atom, atau ion dan reduksi
menjelaskan penambahan
elektron
oleh sebuah molekul,
atom, atau ion.
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam
berbagai tujuan, penjelasan di atas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi
tepatnya merujuk pada perubahan
bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan
selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan
reduksi sebagai penurunan bilangan
oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah
bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai
"redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut
(misalnya yang melibatkan ikatan kovalen).
Senyawa-senyawa yang
memiliki kemampuan untuk mengoksidasi
senyawa lain dikatakan sebagai oksidatif
dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya
sendiri tereduksi. Oleh karena ia "menerima" elektron, ia juga
disebut sebagai penerima elektron.
Oksidator bisanya adalah senyawa-senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan
bilangan oksidasi yang tinggi (seperti H2O2, MnO4−,
CrO3, Cr2O72−,
OsO4) atau
senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif,
sehingga dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan
mengoksidasi sebuah senyawa (misalnya oksigen,
fluorin,
klorin,
dan bromin).
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk
mereduksi senyawa lain dikatakan
sebagai reduktif dan dikenal
sebagai reduktor
atau agen reduksi. Reduktor
melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh
karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut sebagai penderma elektron.
Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg,
Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai reduktor. Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah.
Reduktor jenus lainnya adalah reagen
transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan LiAlH4,
reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik,
terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil
menjadi alkohol.
Metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2)
dengan katalis
paladium,
platinum,
atau nikel,
Reduksi katalitik ini utamanya
digunakan pada reduksi ikatan rangkap dua ata tiga karbon-karbon.
Cara yang mudah untuk melihat proses redoks
adalah, reduktor mentransfer elektronnya ke oksidator. Sehingga dalam reaksi,
reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator mendapatkan
elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam
sebuah reaksi disebut sebagai pasangan
redoks.
(Anonim.2010)
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
.:: Search
.:: Koleksi e-Book
- Physics for scientists and engineers (6ed , Thomson, 2004)
- Fundamentals of Physics
- Fundamentals of physics 9th edition by jearl walker david halliday
- Fundamentals Of Physics 8E (Halliday) Instructors Solution Manual
- Vogels quantitative chemical analysis 5th edition
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Modern analytic chemistry
- Vogels text book of macro and semimicro qualitative inorganic analysis 5th ed
- anorganik_1
- A text book of inorganic chemistry by k newton friend
- Ebook inorganic chemistry pearson miessler tarr 3rd edition
- Students general organic and natural product chemistry
- Wyatt organic synthesis strategy and control
- Writing reaction mechanisms in organic chemistry elsevier
- Vogels text book of practical organic chemsitry
- Vogel arthur a text book of practical organic chemistry
- The art of problem solving in organic chemistry
- Quickstudy organic chemistry reactions
- Quickstudy organic chemistry fundamentals
- Outline of organic chemistry
- Organic chemistry 4th ed paula bruice
- Organic chemistry 2000 oxford clayden
- Organic chemistry morrison boyd
- Organic chemistry by solomon and fhryle 10th ed
- Organic chemistry by john mcmurry
- Kimia organik i jilid 1
- Keynotes in organic chemistry
- Experiments in organic chemistry by fieser 2nd ed
- Dean handbook of organic chemistry 2nd edition
- Basic principles of organic chemistry by john d roberts
- organic chemistry
- guidebook to mechanism in organic chemistry
- atkins_physical_chemistry 8e solutions manual
- biokimia_lehninger
- Vogel elementary quantitative organic analysis
- Bio Kimia Lehninger
.:: Download
- Materi PIL PSBM_SUKUNAN
- Tugas ppt KO karbohidrat
- Makalah PE Glabol Warming
- Makalah PE Biodiesel
- Makalah PE Nuklir
- Makalah PE Bioetanol
- Makalah PE Sel Surya
- Makalah PE Biomassa
- Materi Kuliah KO keynotes
- Materi kuliah KO protein 2
- Materi kuliah KO amina dan amida
- Materi Kuliah KO lipid 3
- Materi KO lipid 2
- Materi Kuliah KO clayden
- Materi Kuliah KO lipid
- Materi Kuliah DKA titrasi kompleksometri
- Materi Kuliah DKA analisa DO
- Materi kuliah KO Karbohidrat
- Materi kuliah titrasi redoks
- Materi kuliah titrasi pengendapan
- Materi kuliah Struktur padatan
- Materi kuliah Amina dan Amida
- makalah PE sel surya
- makalah PE energi
- makalah PE panas bumi
- makalah PE migas
- makalah PE batu bara
- bilangan oksidasi nitrogen
- kekuatan asam dalam medium air
- efek ion bersamaan
- stoikiometri reaksi logam dengan garam
- fotokimia reduksi ion besi(III)
- pemurnian bahan melalui rekristalisasi
- pembuatan kalium nitrat
- efek ion bersamaan
- Laporan praktikum identifikasi gugus fungsi
.:: Followers
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar